Selasa, 06 Desember 2016

Karakteristik Filsafat

Karakteristik Filsafat
Pemikiran kefilsafatan memiliki ciri-ciri khas (karakteristik) tertentu, sebagian besar filsut berbeda pendapat mengenai karakteristik pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan pendapat tersebut dipahami secara teliti dan mendalam, maka karakteristik pemikiran kefilsafatan tersebut terdiri dari:
1.      Radikal, artinya berpikir sampai keakar-akarnya, sampai pada hakekat atau sustansi, esensi yang dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar mengetahui mengapa sesuatu menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya sesuatu itu, apa maknanya.
2.      Universal, artinya berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir kefilsafatan menurut Jaspers terletak pada aspek keumumannya. Misalnya melakukan penalaran dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan menggunakan intuisinya. Sebab, orang yang dapat memperoleh kebenaran dengan menggunakan intuisinya tidaklah umum di dunia ini. Hanya orang tertentu saja.
3.      Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Dengan berpikir konseptual, manusia dapat berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari dirinya, sehingga menghasilkan pemikiran baru yang terkonsep.
4.      Koheren dan Konsisten (runtut), artinya berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaedah berpikir (logis) pada umumnya dan adanya saling kait-mengait antara satu konsep dengan konsep lainnya.
5.      Sistematik, artinya pendapatyang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain / memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan dan terkandung adanya maksud / tujuan tertentu.
6.      Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus mencakup secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang tersisa ataupun yang berada diluarnya.
7.      Bebas, artinya sampai batas-batas  yang luas. Dalam berpikir kefilsafatan tidak ditentukan, dipengaruhi, atau intervensi oleh pengalaman sejarah ataupun pemikiran-pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai kehidupan social budaya, adat istiadat, maupun religious.
8.      Bertanggungjawab, artinya dalam berpikir kefilsafatan harus bertanggungjawab terutama terhadap hati nurani dan kehidupan sosial.
Ke delapan ciri berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat cenderung berbeda dengan ciri berpikir ilmu - ilmu lainnya, sekaligus menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang keilmuan yang netral, terutama ciri ketujuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar